Rabu, 22 Mei 2013

C.U.A

cua menengok, keluar membisik dan mengusik diri
alang-alangan, tak penuh, mungkin juga tak terisi
berkecamuk membelai atma, terkadang sedikit menyayatnya

sedikit sinar, temaram bila menjenak
seluruh titah terberai, terabai, tak acuh dari sisi individual

terkadang terkesima mendengar nada mengalun lirih disertai mimik wajah nan elok
terkadang terpukau, meloka paras dan abuk nan tergerai indah
kendati demikian terhipnotis, berhalusinasi dan terbuai

koyak'kan hati, merujuk pada cucuk yang tertanam dalam kalbu
menikam, terkadang hampir membunuh
dan itu yang tergambar di alur ini, cerita yang akan menjadi klimaks nantinya

sering kau lantingkan akad, yang berujung dengan penafikan
cua kembali hadir seiring masa itu
mencalar atma sekaligus fisik hingga carut


Minggu, 12 Mei 2013

Aku Masih Menyebutmu, Kawan

Pernah bersandar, mencari celah pacuan bersama
Lalu melesat beranjak dari temaram
Aku cukup bersandar pada ini, begitu pun sebaliknya
Cukup luang untuk kebersamaan klasik ini
Tak rapuh memandang langit, Tak letih berdiri

Lalu semua terhempas
Ini bukan badai, tapi kesengajaan
Titik hitam senja yang berubah kelam
Beranjak pudar kemerahan itu
Bukan karna waktu, bukan juga hal besar

Roda membalik, begitu dengan ini
Sedetik, Seucap, Sekedip, Semua bisa berubah cepat
Aku tak menyesal, hanya saja sedikit kecewa
Dan aku tak lagi tau tentangmu
Tak lagi tau, Kau siapa di hadapanku..

Tanda menyerbu, genderang menderu
Aku hanya untukku, dan kamu dengan kubumu sendiri
Saling perang menyerang satu dengan lain
Saling membenci, tak menganggap lagi
Membahuku dari belakang
Seperti menikam setelah memelukku erat

Masih bisa paham?
Memang dan seharusnya tak semua wajib di curahkan
Aku terhimpit, dimana itu menjadi bahan serangan untukku
Coba bertahan, walau tertikam sedikit dengan itu
"Aku Selalu Ada Untukmu"
Kata di masa lalu yang kini membuatku tertawa
Cukup indah bila diberi hiasan atau diucap dengan cara melankolis
Tapi bagi ku itu sebuah lelucon penghantar tidur

Ada kata perpisahan untuk ini?
Jika tidak, silahkan keluar dari diri
Lupakan bila kau sanggup, Pudar kan semuanya
Aku tak keberatan untuk ini
Silahkan terbang, silahkan berpaling dariku
Tapi aku masih menyebutmu, Kawan


Jumat, 03 Mei 2013

Revolusi Cinta

Kurasakan alunan kakinya mulai terhenti
Mungkin sebuah isyarat, tentang sebuah keluh
Tak terbaca sedikitpun, semua tersirat
Mungkin makna konotasi yang tinggi, membuatku tak mampu menafsirkannya
Terlihat senyumnya mulai meragu
Apa itu tentang sebuah keletihan?
kurasa, mungkin, dan memang jawabannya "iya"
sejenak aku merasa itu, mengerti dengan keadaanmu

Sesekali kujumpai satu kotak kerinduan
Dimana saat kita pertama bersua
Kau jabat tanganku, dan kau sebutkan namamu
Saat dimana semua masih berjalan indah, kau penuh perhatian, tak lelah tuk mendekat
Tumpuanmu masih menjadi tiang yang kuat untukku
Aku rindu saat itu...

Terakhir kudengar nafasmu tersentak-sentak
cintamu mungkin tak lagi seperti samudra
mungkin juga mulai surut sejak malam itu

Mungkin akan terasa indah, jikalau rembulan itu menampakkan sinarnya kembali
seperti dulu, seperti masa-masa itu
dimana sinar itu yang menuntunku ke jalan ini
Jalan menuju hatimu