Jumat, 23 Mei 2014

Arti "Tak Perlu Sempurna"


BAGIAN 1

Binar cahaya mulai merengkuh hatinya ketika tawa rekan sejolinya menghiasi tutur kata dan membuahkan canda serta tawa untuk penghias nyanyian malamnya. Laki-laki itu menyepak segala gundahnya juga mulai memantapkan hatinya untuk sebuah kepastian masa mendatang. “It’s Not a good bye. Kita jelang hari lagi, berperang untuk pencapaian, lagi, di suatu hari nanti” begitu gumamnya dari sunyi dan pekatnya sebuah lorong kalbu. Segala tawanya pecah dan lepas, membuktikan bahwa ia benar-benar mengabdikan diri secara total untuk melagukan perpisahan malam ini. Memang, ini bukanlah sebuah persembahan atau ritual khusus, namun ini adalah acara kecil yang mungkin akan terasa lebih manis dari gula ketika dikenang di pikiran, ketika semangat padam, ketika sukses datang, ketika sedih juga senang, atau ketika merindu di hari yang akan ia jemput nantinya. Sejoli ini adalah penguat, dan tentu kata-katanya akan menjadi penawar segala beban yang sedang diderita, lalu menjadikan kata mutiara itu sebagai pacuan baru untuk langkahnya. Dengan dasar tersebut aku dapat menyimpulkan, mereka benar-benar dua sejoli yang benar-benar saling mencintai.

Cerita itu akan bermetamorfose, karena ketika sejoli berlalu, laki-laki itu akan menikmati kerasnya dunia dengan serpihan mimpi-mimpinya yang tentunya akan padam dan redup setelah acara ini usai. Dapat dikatakan, sejoli itu adalah separuh jiwanya, bahkan ia akan berkata YA jika mempunyai kesempatan untuk mendekap juga merengkuh orang itu agar tak berlalu dari kedipan matanya. Perpisahan ini haru, namun ia tak mencoba menonjolkannya, karna ia tahu, hal ini akan membuat sejolinya ragu tuk memacu langkahnya. Pikiran laki-laki itu bercampur aduk, antara harus tersenyum atau menangis untuk melepas jemari tangan sejolinya, demi suatu kebahagian sejolinya juga, mungkin juga untuknya di hari kemudian.

Ia mengunci erat air matanya, lalu membuka garasi senyumnya. Tampak disana ada sebuah tangis yang tertahan, juga sebuah kilau air mata yang bersinar di balik matanya. Pelukan hangat sejoli itu menjadi pemandangan menakjubkan, membuat malam itu lebih berharga dari malam-malam sebelumnya. “Aku akan merindukan tawa dan hadirmu. Aku akan merindukan sentuhan Jemarimu yang tak bisa kurasa seperti hari sebelumnya. Aku sayang kamu Eren..”. Kata-kata itu meleburkan hati wanita itu, dan ia menjawab dengan senyum yang disertai tumpahnya air mata, “Aku jaga benang kita, kita akan bersatu lagi, tunggu aku Rehan, Tunggu aku…”. Malam itu berlalu dengan cepat, dua sejoli ini pun mengakhiri pertemuan akhir ini. Menandakan akan berlalunya segala canda ini, akan tertundanya rasa ini, juga mulai menanamkan benih kerinduan mulai detik ini.