Kamis, 16 Oktober 2014

Sayembara Jingga

Semilir angin halaman istana membekaskan sebuah kesan
Sebelumnya...
Sayembara dimulai, dan kala itu semua awam
Hingga perhelatan dimulai, semua bersorak
Para pendekar bertarung hebat, semua itu demi dewi Jingga

Hanya satu yang akan bertahan
Hanya satu yang akan bergembira menang
Benar, dia yang terkuat, dia yang tangguh, dia yang beruntung

Seorang pendekar berhelat hingga sekuat raganya
Bersenggama dengan merdunya suara pedang
Hingga akhirnya dia yang bergembira menang

Namun kali ini semua tak sesuai rencana
Perjuangan berat itu mungkin hanya berujung keletihan
Jingga berlalu pergi tanpa hatur sapa untuknya
Hatinya tak tersentuh pada seorang pemenang

Pendekar pun berlalu dengan kepala menunduk
Hanyutkan perasaannya yang sebelumnya sempat memuncak
Lalu Jingga berdiam, asik dengan dunianya sendiri

Cinta tak salah
Pendekar hanya berkata, “penyesalan akan datang di dunia baru”

Terseok, langkah tertatih, lalu semua padam, hilang tak bersisa
Tentunya perasaan sakit tersisa
Dan tentunya harapan akan sirna setelah ini

Lalu siapa yang salah?
Pendekar yang terlalu berambisi atau Jingga yang selalu mencari lebih?

Semilir angin halaman istana membekaskan sebuah kesan pedih dan sakit hati

 
BuncAzca @ Pok Tunggal Beach Yk