Selasa, 19 September 2017

Coretan Refleksi: Kemasan

Teramat sering "apa yang dilihat tidaklah sama dengan keadaan sesungguhnya". Seperti kemasan yang nampak megah, namun didalamnya hanyalah sesuatu yang biasa adanya. Keelokan itu seakan sebagai senjata pujian atau bahkan cemoohan. Hal itu karena mereka hanya melihat dan tidak merasakan, tentang proses, perjuangan, kegagalan, bangkit, pencapaian, dan lain sebagainya. Apa yang selalu menjadi titik poin? menurutku, ini semua tentang apa yang tersedia, atau apa yang dikenakan, tolok ukur kias dalam pencapaian seseorang. Mereka hanya berkata tentang "enaknya" atau "kalau cuma". Lalu, kami yang berproses harus menanggapi dengan cara apa? sikap yang bagaimana?
Sedikit cerita, suatu hari aku melihat ia yang selalu melangkah dengan senyum. Dia adalah pelajar yang sedang mencari jati dirinya, mencari sesuatu yang akan menjadi bekal menuju mimpinya. Tak terlihat sedikitpun renungan atau bahkan kesedihan yang mencolok. Ketika aku bertandang, rumahnya bak istana megah yang ketika orang melihatnya, ia akan memandang hormat. Dengan banyak kemampuan, dia bak multitalenta. Sepertinya dia adalah orang yang memang terlahir beruntung dan memiliki segala sesuatu yang mendukung untuk melakukan apapun yang ia inginkan.
Sekilas segalanya tampak menyenangkan dan menggembirakan. Melihatnya pun menjadi hal motivasi. Sepertinya kehidupan seperti itulah yang dimimpikan manusia yang sedang menuju mimpi. Hanya melihatnya melakukan sesuatu pun mampu membuat orang disekitarnya merasa dekat dengan tujuan atau mimpi mereka. Bagaimana bisa, dengan mudahnya memberi orang lain motivasi dan semangat yang hebat? tentu ini tidaklah mudah.



 
Beranjak dari segala kesenangan itu, aku mulai mengenalinya lebih dalam. Apa yang dilihat tidaklah sama dengan keadaan yang sesungguhnya. Pelik hidup serta perjuangan masih menghantuinya. Bagaimana sang raja hidup dengan segala tahta, dan ia adalah sosok pejuang kecil yang masih merakit rencana menuju cita-cita. Apa orang lain tahu, bagaimana kesedihan tentang "ketidakdianggapan"? apa orang lain mengerti tentang "pembedaan"? Apa orang lain memahami tentang "kemasan semata"? - Ini bukan karena ingin terlihat glamor, akan tetapi sistem yang memaksanya mengenakan kemasan baik, properti baik, hanya semata menutupi tahta sang raja.
Yang menjadi titik poin sesungguhnya adalah ia selalu mempertahankan nama baik sang raja hingga harus mengorbankan hatinya. Bagaimana tidak? sang raja hanya berfokus pada pangeran kebanggaan, dan tidak mempedulikan ia. Dan lebih menyakitkan ketika kasta dimainkan dalam sebuah ikatan darah. Kesakitan yang melebihi kesakitan apapun, yang tidak semua orang merasakan serta memahami bagaimana sebuah hati dilemahkan dan terdidik untuk menerima "ketidaksetaraan". 
Dari hal itu, aku belajar tentang "cara memandang seseorang". Bahwa seseungguhnya, tidak semua yang terlihat adalah nyata pencapaian seseorang. Kemasan hanya bungkusan hanyalah sesuatu hal dari penataan diri atau nama baik. Jangan men-judge "beruntung ya jadi orang itu" atau "hidup orang itu enak ya, apa-apa selalu dituruti, segala kegiatannya terdukung oleh sarana yang memadai" atau bahkan kalian membenci seseorang hanya karena penampilan, sikap atau kegiatan sepintas, karena mungkin saja orang itu tidaklah sesuai yang kita lihat sepintas. Kenali lebih dalam, lalu kamu boleh menilainya dengan lebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar