Semilir angin halaman istana membekaskan
sebuah kesan
Sebelumnya...
Sayembara dimulai, dan kala itu semua
awam
Hingga perhelatan dimulai, semua
bersorak
Para pendekar bertarung hebat, semua itu
demi dewi Jingga
Hanya satu yang akan bertahan
Hanya satu yang akan bergembira menang
Benar, dia yang terkuat, dia yang
tangguh, dia yang beruntung
Seorang pendekar berhelat hingga sekuat
raganya
Bersenggama dengan merdunya suara pedang
Hingga akhirnya dia yang bergembira
menang
Namun kali ini semua tak sesuai rencana
Perjuangan berat itu mungkin hanya
berujung keletihan
Jingga berlalu pergi tanpa hatur sapa
untuknya
Hatinya tak tersentuh pada seorang
pemenang
Pendekar pun berlalu dengan kepala
menunduk
Hanyutkan perasaannya yang sebelumnya sempat
memuncak
Lalu Jingga berdiam, asik dengan
dunianya sendiri
Cinta tak salah
Pendekar hanya berkata, “penyesalan akan
datang di dunia baru”
Terseok, langkah tertatih, lalu semua
padam, hilang tak bersisa
Tentunya perasaan sakit tersisa
Dan tentunya harapan akan sirna setelah
ini
Lalu siapa yang salah?
Pendekar yang terlalu berambisi atau
Jingga yang selalu mencari lebih?