Tertulis sebuah cerita:
Serontak
parasnya meredup, bak bunga lili yang layu pada kelopaknya. Sepertinya ia
berharap pada suatu hal untuk datang dan berjalan ke arah inginnya, namun hal
yang terjadi tidak secerah apa yang diharapkan. Ia menyempatkan diri memasuki
pikiran sempit akan kelamnya jalur ingin yang diciptakan kepalanya, membuatnya
semakin mencoba menyembunyikan paras cerahnya. Rinai air mata terhias dalam
wajah murung dan mencoba menutupi indahnya.
Ia, pemikiran
sempitnya masuk lalu menguasai suasana hati, menjauhkan ia dari rasa
semangatnya untuk bangkit. Ia selalu menelusuri hatinya, dengan cerita kekecewaan
yang telah dilalui, menjadikan ia acuh pada cerita kegembiraan yang pernah ada.
Ya, setitik noda di tengah kertas putih memang lebih menyita pandangan agar
terfokus kepadanya dan meninggalkan sisi bersih lainnya. Seperti itulah,
teramat sering disebut manusiawi.
Menurutnya
cerita hidup mulai beranjak tak mudah semenjak ini. Lalu mulai
membanding-bandingkan dengan cerita manusia yang menurutnya lebih beruntung
dari dirinya. Dan detik itu, ia mulai merasa tak berguna. Pemikirannya mulai
terkunci agar solusi tak menghampirinya. Lalu, seolah dunia berhenti menegakkan
ia berdiri. Saat itulah, pemikiran tidak logis berhasil menguasai diri
sepenuhnya.
Kesimpulan:
Hal yang tidak
pernah disadari: bagaimana menikmati apa yang telah tersedia dengan baik;
mengolah cerita masam menjadi pelajaran berharga dalam kehidupan; mengambil
celah dari sempitnya sebuah pilihan; bersyukur ketika memperoleh hal kecil,
dsb. Hal itu contoh kecil dari hal yang tak pernah disadari dalam kehidupan,
yang teramat sering tertutup dari pikiran ketika sedang dalam masa terpuruk. Berfikir
positif, masalah beratmu tentu terdapat jalan keluar. Dan alangkah baiknya
tidak memperbesar masalah yang sebenarnya kecil, karena hanya membuang waktu.
Berfikir bisa, maka kamu akan bisa; berfikir sukses, maka sukses akan
menghampirimu.