"Bersemi Di Hati" adalah single pertama dari album "Dream Come True"
Ludira Band. Lagu ini diciptakan oleh Daniel Dwi Supriyanto selaku
mantan Vocalis Ludira Band. Dengan formasi baru, Ludira Jogja
mengaransemen lagu "Tau Tak Tau (T3)" dan berhasil menghadirkan nuansa
baru dengan judul "Bersemi Di Hati. Untuk mendownload lagu ini klik
tulisan DOWNLOAD di bawah ini. #ludiraband #ludiraku #ludirajogja
Rabu, 12 Oktober 2016
Selasa, 12 April 2016
Biografi Musik Andika BuncAzca
Terjun dalam bidang seni adalah pilihan yang tepat karena saya dapat belajar tentang banyak hal seperti berorganisasi, event organizer, manajemen SDM, mempromosikan sebuah produk, mengembangkan kemampuan bermusik, menjalin relasi, serta menjadikan bijak dalam mengambil keputusan tentang berbagai masalah yang dihadapi. Banyak hal yang dapat saya pelajari dalam hobi bidang seni yang tidak diperoleh di instansi pendidikan formal. Kecintaan dengan hobi bidang seni menciptakan pengalaman yang akan selalu membekas dalam ingatan.
Mencintai seni terutama bidang musik telah tumbuh sejak di bangku TK. Dengan hobi mendengarkan lagu barat seperti Westlife, Michael Jackson, Guns’n Roses, membuat saya mencintai musik. Setelah itu memberanikan diri menyentuh alat musik (kelas 2 SD), lalu Gitar (kelas 6 SD), Bass kelas (7 SMP), Perkusi kelas (9 SMP), Piano (kelas 11 SMK). Kemampuan yang berkembang dari masa ke masa karena kecintaan akan bidang seni khususnya musik.
Saya juga bergabung dengan organisasi Sanggar Lare Mentes, RRI (Republik Rezpektor Klaten) untuk mengembangkan kemampuan bermusik. Yang selanjutnya membentuk grup band “INORI BAND”. Dari band ini, saya mulai mengembangkan BMI Production yang selanjutnya berganti nama menjadi “INORI MANAGEMENT”. Inori Management merupakan label/komunitas band indie yang menaungi band indie di Yogyakarta dan sekitarnya. Beberapa musisi/artis band indie turut menjadi bagian dari Inori Management, seperti: Ludira Band; Quid Band; Fly With ButterFly Klaten; AWSM!, Kelly 9; Jankiz Band; Sanggar Lare Mentes; K-hista Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
Berbagai pengalaman perform serta recording membuat saya ingin belajar lebih lagi. Inovasi perlu dilakukan agar menghasilkan karya yang anti-mainstream. “Setiap musisi memiliki idealisme masing-masing dalam berkarya. Namun akan lebih hebat jika musisi tersebut mampu menanggalkan idealismenya untuk belajar serta mengoptimalkan wawasan dalam berkarya (Andika BuncAzca–2016)”; “Jadilah manusia yang berbeda dan terkenal (M. Ali Sukrajap, SE., MBA – Fakultas Ekonomi ; Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta”. Menurut saya kesalahan adalah pelajaran agar lebih teliti dan awas, serta kegagalan adalah kesuksesan yang belum optimal. Jadi kedua hal tersebut mampu dibenahi dan diasah agar optimal dan sesuai harapan. #BiografiAsaBuncAzca #AndikaBuncAzca #InoriManagement
Mencintai seni terutama bidang musik telah tumbuh sejak di bangku TK. Dengan hobi mendengarkan lagu barat seperti Westlife, Michael Jackson, Guns’n Roses, membuat saya mencintai musik. Setelah itu memberanikan diri menyentuh alat musik (kelas 2 SD), lalu Gitar (kelas 6 SD), Bass kelas (7 SMP), Perkusi kelas (9 SMP), Piano (kelas 11 SMK). Kemampuan yang berkembang dari masa ke masa karena kecintaan akan bidang seni khususnya musik.
Saya juga bergabung dengan organisasi Sanggar Lare Mentes, RRI (Republik Rezpektor Klaten) untuk mengembangkan kemampuan bermusik. Yang selanjutnya membentuk grup band “INORI BAND”. Dari band ini, saya mulai mengembangkan BMI Production yang selanjutnya berganti nama menjadi “INORI MANAGEMENT”. Inori Management merupakan label/komunitas band indie yang menaungi band indie di Yogyakarta dan sekitarnya. Beberapa musisi/artis band indie turut menjadi bagian dari Inori Management, seperti: Ludira Band; Quid Band; Fly With ButterFly Klaten; AWSM!, Kelly 9; Jankiz Band; Sanggar Lare Mentes; K-hista Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
Berbagai pengalaman perform serta recording membuat saya ingin belajar lebih lagi. Inovasi perlu dilakukan agar menghasilkan karya yang anti-mainstream. “Setiap musisi memiliki idealisme masing-masing dalam berkarya. Namun akan lebih hebat jika musisi tersebut mampu menanggalkan idealismenya untuk belajar serta mengoptimalkan wawasan dalam berkarya (Andika BuncAzca–2016)”; “Jadilah manusia yang berbeda dan terkenal (M. Ali Sukrajap, SE., MBA – Fakultas Ekonomi ; Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta”. Menurut saya kesalahan adalah pelajaran agar lebih teliti dan awas, serta kegagalan adalah kesuksesan yang belum optimal. Jadi kedua hal tersebut mampu dibenahi dan diasah agar optimal dan sesuai harapan. #BiografiAsaBuncAzca #AndikaBuncAzca #InoriManagement
Rabu, 23 Maret 2016
Aku Dalam Ludira Band (Biografi Andika BuncAzca)
Berawal dari Masdika Nur Agus Salim yang bekerja di Bakpiaku 29 – Yogyakarta, saya berkenalan dengan Ludira Band di akhir tahun 2013. Pada saat itu saya masih mengusung nama BMI Production Klaten dan Inori Band. Perkenalan di awal dengan Dwi Supriyant dan Budi Ahmad Soleh cukup berkesan karena kata-kata mereka yang cukup memiliki semangat dan motivasi yang tinggi. Ditambah lagi demo lagu Ludira Band yang cukup membuat saya terkesan. Lagu mereka cukup easy listening dan memiliki potensi yang cukup besar. Akan sangat disayangkan bila hanya disimpan sendiri dan dilupakan. Saya memutuskan untuk bekerjasama dengan Ludira Band untuk membuat single lagu untuk band ini. Dan saya menyanggupi ketika diminta menjadi additional player Ludira Band sebagai Bassist.
Ludira semakin matang ketika Faizal Risky Yulianto bergabung bersama Ludira Band. Komposisi: Dwi Supriyant (Vocal+Gitar), Budi Ahmad Soleh (Gitar); Andika BuncAzca (Bass); Faizal Riski Yulianto (Drum) menjadi perpaduan yang apik. Dengan komposisi tersebut Ludira Band memantapkan diri dan menerima beberapa undangan job. Beberapa band indie Yogyakarta (ex: Lighter Band, Nahkoda Band, Nevo Band, K-Hista, Kelly 9, dll) pun mendukung kehadiran Ludira Band di kancah musik indie Yogyakarta. Sebagai band pemula Ludira Band belajar dari satu event ke event lain agar menjadi lebih baik dan kompak.
Kendala mulai muncul ketika Ludira Band harus melepas Faizal Risky Yulianto. Ketimpangan Ludira Band tanpa drummer membuat Ludira Band harus vacum dan mencari drummer baru. Namun disisi lain, Ludira Band sempat mengisi beberapa job baik akustik maupun inverview promo lagu di radio di Jogja (saat itu di Arma Sebelas Radio). Pencarian drummer sempat menemukan titik terang yaitu Rusdi, akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena Rusdi pun hengkang dari Ludira Band. Hal ini disusul dengan Dwi Supriyant yang hengkang dari Ludira Band untuk merantau di Sulawesi. Ludira pun semakin timpang.
Tersisa Budi Ahmad Soleh dan Andika BuncAzca. Berdasarkan kesepakatan bersama, Ludira Band menggandeng Harrari Septin sebagai vocalis Ludira Band. Dengan formasi ini, Ludira Band pentas dan promo dengan cara akustik. Sempat beberapa kali berkolaborasi dengan band lain, seperti Irfan Dian Utomo Inori Band serta Solois lainnya. Hingga Akhirnya Budi Ahmad Soleh kembali menggandeng Heru Febriyant sebagai Drummer Ludira Band. Komposisi yang apik tersusun dengan rapi: Harrari Septin (Vocal), Budi Ahmad Soleh (Gitar), Andika BuncAzca (Bass), Heru Febriyant (Drum). Selanjutnya Ludira Band mulai berkarya kembali dan menggarap album pertama “Dream Come True”. #BiografiAsaBuncAzca #AndikaBuncAzca #InoriManagement #LudiraBand #Ludiraku #Ludira
Ludira semakin matang ketika Faizal Risky Yulianto bergabung bersama Ludira Band. Komposisi: Dwi Supriyant (Vocal+Gitar), Budi Ahmad Soleh (Gitar); Andika BuncAzca (Bass); Faizal Riski Yulianto (Drum) menjadi perpaduan yang apik. Dengan komposisi tersebut Ludira Band memantapkan diri dan menerima beberapa undangan job. Beberapa band indie Yogyakarta (ex: Lighter Band, Nahkoda Band, Nevo Band, K-Hista, Kelly 9, dll) pun mendukung kehadiran Ludira Band di kancah musik indie Yogyakarta. Sebagai band pemula Ludira Band belajar dari satu event ke event lain agar menjadi lebih baik dan kompak.
Kendala mulai muncul ketika Ludira Band harus melepas Faizal Risky Yulianto. Ketimpangan Ludira Band tanpa drummer membuat Ludira Band harus vacum dan mencari drummer baru. Namun disisi lain, Ludira Band sempat mengisi beberapa job baik akustik maupun inverview promo lagu di radio di Jogja (saat itu di Arma Sebelas Radio). Pencarian drummer sempat menemukan titik terang yaitu Rusdi, akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena Rusdi pun hengkang dari Ludira Band. Hal ini disusul dengan Dwi Supriyant yang hengkang dari Ludira Band untuk merantau di Sulawesi. Ludira pun semakin timpang.
Tersisa Budi Ahmad Soleh dan Andika BuncAzca. Berdasarkan kesepakatan bersama, Ludira Band menggandeng Harrari Septin sebagai vocalis Ludira Band. Dengan formasi ini, Ludira Band pentas dan promo dengan cara akustik. Sempat beberapa kali berkolaborasi dengan band lain, seperti Irfan Dian Utomo Inori Band serta Solois lainnya. Hingga Akhirnya Budi Ahmad Soleh kembali menggandeng Heru Febriyant sebagai Drummer Ludira Band. Komposisi yang apik tersusun dengan rapi: Harrari Septin (Vocal), Budi Ahmad Soleh (Gitar), Andika BuncAzca (Bass), Heru Febriyant (Drum). Selanjutnya Ludira Band mulai berkarya kembali dan menggarap album pertama “Dream Come True”. #BiografiAsaBuncAzca #AndikaBuncAzca #InoriManagement #LudiraBand #Ludiraku #Ludira
Rabu, 17 Februari 2016
Aku dalam Inori Band (Biografi Andika BuncAzca)
Kali ini saya (Andika BuncAzca) akan membahas
tentang cerita tentang Inori Band. Menemukan mereka menjadi bagian dari
pembelajaran dalam berkarya. Sedikit mengulas tentang sejarah Inori Band yang
menjadi kebanggaan karena menjadi band pertama saya.
Saat itu saya kelas 11 SMK dan menjadi sekretaris di
organisasi RRI Klaten atau disebut dengan Republik Rezpector Indonesia. Di
organisasi inilah saya mengenal Bayu. Setelah kenal cukup dekat, ternyata Bayu
adalah kakak kelas di SMP. Disini saya juga mengenal Irfan Samsidi selaku
member dari organisasi RRI Klaten. Bayu mencetuskan sebuah ide untuk membuat
sebuah band. Ide tersebut saya terima dan dengan sigap mengumpulkan beberapa
personil, yaitu: Irfan Samsidi, Bayu & Kirana Mahendra. Pada awal pertemuan
kami bertemu dan jamming di Sanggar Lare Mentes.
Pertemuan awal cukup sampai disini. Melihat permainan
musik Bayu yang tidak sesuai dengan genre Inori Band, lantas saya mengubah
struktur dari Band ini dan menemukan Bambang Wahyu Saputra dan Sukma Latif.
Disinilah INORI BAND mulai berjalan. Dengan formasi: Kirana Mahendra (Vocal),
Irfan Samsidi (Bass), Bambang Wahyu Saputra (Gitar), Andika BuncAzca
(Keyboard), Sukma Latif (Drum). Peresmian pun dilakukan di Inori Basecamp.
Selama sebulan berjalan, akhirnya terkendala dengan
keluarnya Kirana Mahendra dengan alasan “sulit mengimbangin genre yang diambil
Inori Band”. Inori Band harus menerima kenyataan kehilangan vocalis. Atas
musyawarah bersama, vocalis sementara adalah Bambang Wahyu Saputra. Berempat
kami sempat mengisi beberapa job pentas di sekitar Klaten. Hingga akhirnya
Irfan Samsidi memperkenalkan Irfan Dian Utomo yang selanjutnya menjadi vocalis
Inori Band yang baru. Akan tetapi kami harus menerima kenyataan pahit
selanjutnya, yaitu Sukma Latif yang keluar dari Inori Band karena “merantau
untuk bekerja”. Inori Band pun timpang.
Cukup lama kami berjalan dengan 4 orang. Hingga
akhirnya kami mengambil keputusan untuk melakukan rotasi, dengan hasil: Irfan
Dian Utomo (Vocal), Andika BuncAzca (Keyboard), Irfan Samsidi (Gitar), Bambang
Wahyu Saputra (Drum). Inori Band berkarya tanpa bassist. Jika terdapat job,
Inori Band menggandeng additional bass player Angga Aji Tirtana. Hingga akhirnya Irfan Samsidi memperkenalkan Ilham Jati Satria yang
selanjutnya menjadi personil resmi Inori Band.Inori Band menerbitkan album My Love Story (9
lagu-tahun 2012); Dua Garis Besar (8 lagu-tahun 2014); Karya Dalam Lelap (8
lagu-tahun 2015); Bisik Kalbu (2016) & In The Mid Of Air (2016). Cerita
dalam pembuatan karya tersebut tidak lepas dari Komunitas musik Indie yang
didirikan oleh Andika BuncAzca, yaitu INORI MANAGEMENT. Dukungan dari Inoria
(teman-teman Inori Band) serta relasi seperti Inori Basecamp, Ludira Band, dll.Pentas Inori Band memperoleh puncak kejayaan pada
tahun 2013, saat Inori Band mulai mempunyai nama di kalangan pelajar Klaten.
Tak jarang teman-teman inoria berkunjung ke Inori Basecamp hanya sekedar
berfoto, minta lagu, atau memberikan beberapa kenang-kenangan. Di masa kejayaan
inilah, beberapa dari kami berpuas diri hingga akhirnya terkikis oleh kemajuan
musik dari band lain.Suka duka cerita Inori Band menjadi kisah manis.
Seperti kegilaan saat di Inori Basecamp hingga Keseriusan kami saat
mengaransemen musik di malam hari. Tak jarang kami bermain games bersama hingga
pagi. Aktivitas Inori Band di Inori Basecamp tak pernah sepi. Bahkan beberapa
Inoria pun ikut menemani kami dalam dokumentasi, publikasi, atau sekedar
melihat kami melakukan rapat kecil. Tak jarang dari mereka yang memberikan
beberapa ide cemerlang agar eksistensi Inori Band tetap terjaga. Suka duka di
backstage pun tak kalah seru. Seperti Irfan Dian Utomo grogi hingga harus
bolak-balik ke kamar mandi; Ilham Jati Satria yang tiba-tiba lupa chord atau
alur lagu; Irfan Samsidi yang masik berkutik dengan melodi solo gitarnya; atau
Bambang Wahyu Saputra yang sok cool menenangkan teman-teman. Kepanikan lain
seperti nervous ketika bertemu dengan band bergenre Jazz, Fusion, Groovy
menjadi cerita konyol. Tak jarang dari salah satu personil langsung pesimis dan
mengajak pulang. Ketika di atas panggung, tak jarang Irfan Dian Utomo lost
control hingga pitch vocal melenceng hingga keluarnya suara cicak tercekik;
atau lupa lirik lagu; blank ketika harus introduce; hingga suara gitar yang
tiba-tiba fals ketika di atas panggung. Hal yang tak terlupakan adalah ketika
sound tiba-tiba mati ketika sedang onstage. Hingga akhirnya semua penonton
serentak bersorak meneriaki kami “Turun!”.
Suka Duka inilah yang menjadi pembelajaran berharga dalam berkarya.
Beriringan dengan eksistensi Inori Band yang mulai
pudar, satu persatu personil mulai menyibukkan diri dengan aktivitas
masing-masing. Berawal dari Bambang Wahyu Saputra yang merantau untuk bekerja;
disusul dengan Ilham Jati Satria yang fokus dengan sekolah; lalu Andika
BuncAzca yang membuat project baru dan memproduseri beberapa band indie;
membuat Inori Band harus vacum. Sempat membuat audisi additional Drum dan
menemukan Ari Budiarto sebagai additional drummer. Akan tetapi menumbuhkan
eksistensi band yang telah surut itu amatlah sulit. Hingga akhirnya Inori Band
harus menerima kenyataan vacum. Sempat beberapa menerima job, namun tidak
sebesar masa sebelumnya. Membuat batu loncatan dengan karya dan video klip
namun tidak cukup membuat eksistensi Inori Band kembali terbit.Inori Band Vacum cukup lama. Disusul dengan seluruh
personil yang merantau dan sibuk dengan urusan masing-masing. Saat itu, Bambang
Wahyu Saputra di Karawang; Irfan Samsidi & Irfan Dian Utomo di Cikarang;
Andika BuncAzca di Yogyakarta; Ilham Jati Satria di Magelang. Berdasarkan keputusan
bersama, Inori Band hanyalah vacum. Beberapa project seperti recording pun kami
lakukan dengan cara tracking masing-masing personil dalam waktu yang berbeda.
Beberapa job pentas dengan band lain ataupun solois pun diatas-namakan Inori
Band. Promosi media sosial pun tidak berhenti. Disinilah konsistensi personil
dan band diuji. Seperti kata Irfan Dian Utomo, “konsistensi band akan terbukti ketika sudah lulus SMA. Apakah band
tersebut akan tetap ada atau hanya menjadi sebuah nama yang terlupakan”.
#BiografiAsaBuncAzca #AndikaBuncAzca #InoriManagement #InoriBand #Inoria #Inori
Minggu, 10 Januari 2016
Pencerca Nurani
Semua indah, tak
tampak hitam atau warna kelabu yang menghiasi langit. Hati tampak putih, akal
pun menjadi saksi sebuah cerita. Ada nurani dalam sebuah cerita, menuntun jiwa
dalam menentukan langkah. Setiap kata pun menjadi ikrar, bahwa cerita akan berjalan
sesuai alur. Setiap senyum dan tangis menjadi coretan perjalanan kehidupan.
Inilah alur yang menjadi dambaan.
Apalah daya kala
penerka menghampiri dengan busa di mulutnya. Hati kelam penuh kebencian
menyerukan berita yang menusuk jiwa. Pencerca hanyalah satu atau dua, namun
merusak alur yang telah berjalan. Nurani berlalu, kalbu tertutup. Hanya cerita
lama yang tersisa, penerka bangga, pencerca tertawa atas sifat kedengkiannya.
Nurani terkunci
keributan isi kepalanya. Sering kali ia terkapar dalam lamunan tentang sisa
cerita yang diusaikan. Kerinduaan akan kebersamaan menjadikan jiwa semakin
tersiksa. Pikiran rusak dan kacau, seakan tak akan ada harapan untuk cerita
lama itu bersemi. Berbagai alasan tak membuat segalanya berubah, malah membuat
derita semakin nyata.
Sampai disini,
pengakuan palsu menjadi hal yang dibenarkan. Alih-alih mendapat sanjungan
menjadikan kedengkian dirasa patut.
Menerka lalu mencerca serta menyebar kebencian, lalu menghitamkan
Nurani. Menjadikan kehidupan penuh prasangka buruk dan derita
Langganan:
Postingan (Atom)