Rabu, 09 Juli 2014

Apa Kabar, Musisi?

Malam itu aku berdiam diri, dan aku menepikan diri dari sudut keramaian, bahkan juga dengan musik - musikku. Aku mulai berfikir, Apa arti dari sesuatu yang kuperjuangkan selama ini? Apa yang telah kudapat dari keterampilan ini? NOL! Begitu pikirku, bahkan beberapa sahabatku yang selalu berusaha menyadarkanku dari mimpi ini. Aku mulai berpikir dari pola mereka, dan aku mulai membenarkan semua saran dan ucapan petuah itu.

Mereka bilang, aku akan terus terdiam jika tetap bermimpi. Mereka bilang, aku akan tetap terlentang jika aku tak berusaha untuk bangun dari mimpi ini. Dan mereka bilang, aku akan selamanya terkurung dalam mimpi jika aku tak berusaha untuk memperjuangkan hal baru, tentunya bukan lewat musik, akan tetapi dengan hal yang lebih real.

Aku bagian dari mereka yang terjebak, dan aku tak meroda atau bergerak dari titik awalku. Semua tampak sama, semua tampak monoton dari tahun-tahun sebelumnya, dan aku kembali bertanya pada diriku sendiri; untuk apa karya sebanyak itu? Apa menghasilkan? TIDAK SAMA SEKALI!

Juga para orang yang mencemoohku, yang dulu sempat mendukung hal ini. Mereka bilang, Apa kabar wahai musisi? Bagaimana dengan karyamu? Rasanya sakit sekali. Bahkan aku tak dapat merangkai kata untuk menjawab segala kegagalanku ini. Dan tawa mereka menjadi belati untukku, rasanya cemooh itu seperti mencabikku.

BuncAzca @ Baron Beach, Yk


Orang tua pun mulai protes. Mana band yang kamu banggakan itu, Nak? Hilang? Mana mimpi yang kamu umbar ke Bapak dan Ibu tentang musik-musikmu itu? Kata itu langsung menyentakku, menyadarkan bahwa aku memang gagal, dan semua yang kulakukan selama ini sia-sia.

Aku memandang langit-langit rumah, melihat tembok kamar yang mengurungku. Aku mulai merasa pandanganku sempit, pemikiranku terbatas dan terbodohi oleh hobi yang menyesatkan itu. Ketika aku memejamkan mata, kekalutan semakin mendekapku. Terasa sesak, lalu aku beranjak dari posisi awalku, melihat tulisan kata itu, melihat semua foto pajangan di dindingku. MENYAKITKAN! Bahkan aku tak sudi menyentuhnya.


Waktu itu band kecil itu usai karna kesadaran dari mereka tentang buntunya jalan ke depan. Namun aku menyepak pikiran mereka, aku tetap ingin lanjut berkarya, dan karena hal itulah, aku tetap di kota ini. Lalu, haruskah aku mengiba ke mereka yang kini telah melangkah jauh mendahuluiku? Mereka benar, aku mengakui itu sekarang, dan hal itu membuatku harus melangkah dari titik ini, tentunya dengan alur dan cara yang lain.

Itu ceritaku beberapa tahun lalu. Dan kini semua tampak cukup indah, karna aku telah merangkai benang bahagiaku dengan usaha yang nyata. Cerita itu tidak usai begitu saja. Karena ada hal yang membuatku tersenyum lagi dengan mimpi lama itu. Tentunya setelah aku sadar bahwa tidak ada hal yang sia-sia jika dilakukan dengan niat. Believe it!

Lalu dimana istimewanya mimpi lama itu? Ini ceritanya; Ini bukan tentang pencapaian dari musik itu, bukan tentang ketenaran, bukan tentang royalty yang aku dapatkan dari karya itu, namun tentang pembelajaran untuk kehidupan ini. Dalam bermusik aku belajar tentang bekerja sama, tentang arti kata pantang menyerah, dan tanpa sadar aku belajar banyak hal tentang teori dan prakteknya, produksinya, networking untuk hasil karya tersebut. Hal itu membuatku mempunyai cukup banyak keahlian.


Hal ini bukan hanya tentang skill. Disisi lain, aku punya banyak cerita dari pengalaman mimpi yang usang itu. Aku punya hasil karya yang bisa kukenang, kubanggakan, juga kusanjung di dalam diri. Dan pertanyaan APA KABAR, MUSISI? kini sudah dapat aku jawab. Aku baik-baik saja dengan semua karya yang ku banggakan ini, meski mimpi lamaku tak ku raih, namun setidaknya perjuanganku memberikan banyak makna untuk kehidupanku saat ini. Dan pelajaran yang paling penting untuk semua orang adalah; apapun hobi dan mimpi itu, perjuangkanlah! Jangan takut untuk jatuh! sekalipun kita jatuh, akan ada jalan lain yang menyeret untuk kembali berdiri dan berpacu di jalan baru tersebut.   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar