Malam itu aku berdiam diri, dan aku menepikan diri
dari sudut keramaian, bahkan juga dengan musik - musikku. Aku mulai berfikir, Apa arti dari sesuatu yang kuperjuangkan
selama ini? Apa yang telah kudapat dari keterampilan ini? NOL! Begitu
pikirku, bahkan beberapa sahabatku yang selalu berusaha menyadarkanku dari
mimpi ini. Aku mulai berpikir dari pola mereka, dan aku mulai membenarkan semua
saran dan ucapan petuah itu.
Mereka bilang, aku akan terus terdiam jika tetap
bermimpi. Mereka bilang, aku akan tetap terlentang jika aku tak berusaha untuk
bangun dari mimpi ini. Dan mereka bilang, aku akan selamanya terkurung dalam
mimpi jika aku tak berusaha untuk memperjuangkan hal baru, tentunya bukan lewat
musik, akan tetapi dengan hal yang lebih real.
Aku bagian dari mereka yang terjebak, dan aku tak
meroda atau bergerak dari titik awalku. Semua tampak sama, semua tampak monoton
dari tahun-tahun sebelumnya, dan aku kembali bertanya pada diriku sendiri; untuk apa karya sebanyak itu? Apa menghasilkan?
TIDAK SAMA SEKALI!
Juga para orang yang mencemoohku, yang dulu sempat
mendukung hal ini. Mereka bilang, Apa
kabar wahai musisi? Bagaimana dengan karyamu? Rasanya sakit sekali. Bahkan
aku tak dapat merangkai kata untuk menjawab segala kegagalanku ini. Dan tawa
mereka menjadi belati untukku, rasanya cemooh itu seperti mencabikku.
Orang tua pun mulai protes. Mana band yang kamu banggakan itu, Nak? Hilang? Mana mimpi yang kamu
umbar ke Bapak dan Ibu tentang musik-musikmu itu? Kata itu langsung menyentakku,
menyadarkan bahwa aku memang gagal, dan semua yang kulakukan selama ini sia-sia.
Aku memandang langit-langit rumah, melihat tembok
kamar yang mengurungku. Aku mulai merasa pandanganku sempit, pemikiranku
terbatas dan terbodohi oleh hobi yang menyesatkan itu. Ketika aku memejamkan
mata, kekalutan semakin mendekapku. Terasa sesak, lalu aku beranjak dari posisi
awalku, melihat tulisan kata itu, melihat semua foto pajangan di dindingku. MENYAKITKAN!
Bahkan aku tak sudi menyentuhnya.
Waktu itu band kecil itu usai karna kesadaran dari
mereka tentang buntunya jalan ke depan. Namun aku menyepak pikiran mereka, aku
tetap ingin lanjut berkarya, dan karena hal itulah, aku tetap di kota ini.
Lalu, haruskah aku mengiba ke mereka yang
kini telah melangkah jauh mendahuluiku? Mereka benar, aku mengakui itu
sekarang, dan hal itu membuatku harus melangkah dari titik ini, tentunya dengan
alur dan cara yang lain.
Itu ceritaku beberapa tahun lalu. Dan kini semua
tampak cukup indah, karna aku telah merangkai benang bahagiaku dengan usaha
yang nyata. Cerita itu tidak usai begitu saja. Karena ada hal yang membuatku tersenyum
lagi dengan mimpi lama itu. Tentunya setelah aku sadar bahwa tidak ada hal yang
sia-sia jika dilakukan dengan niat. Believe it!
Lalu dimana istimewanya mimpi lama itu? Ini
ceritanya; Ini bukan tentang pencapaian dari musik itu, bukan tentang
ketenaran, bukan tentang royalty yang aku dapatkan dari karya itu, namun
tentang pembelajaran untuk kehidupan ini. Dalam bermusik aku belajar tentang
bekerja sama, tentang arti kata pantang menyerah, dan tanpa sadar aku belajar
banyak hal tentang teori dan prakteknya, produksinya, networking untuk hasil
karya tersebut. Hal itu membuatku mempunyai cukup banyak keahlian.
Hal ini bukan hanya tentang skill. Disisi lain, aku
punya banyak cerita dari pengalaman mimpi yang usang itu. Aku punya hasil karya
yang bisa kukenang, kubanggakan, juga kusanjung di dalam diri. Dan pertanyaan APA KABAR, MUSISI? kini sudah dapat aku
jawab. Aku baik-baik saja dengan semua
karya yang ku banggakan ini, meski mimpi lamaku tak ku raih, namun setidaknya
perjuanganku memberikan banyak makna untuk kehidupanku saat ini. Dan pelajaran
yang paling penting untuk semua orang adalah; apapun hobi dan mimpi itu,
perjuangkanlah! Jangan takut untuk jatuh! sekalipun kita jatuh, akan ada jalan
lain yang menyeret untuk kembali berdiri dan berpacu di jalan baru tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar